Konsep
penelitian tindakan bermula dari ide Kurt Lewin tahun 1946. Lewin menggunakan
pendekatan penelitian tindakan setelah usainya perang dunia kedua dalam usaha
menyelesaikan berbagai masalah sosial. Ide tersebut kemudian disempurnakan dan
dikembangkan untuk tindakan kelas oleh para ahli sesudahnya, antara lain oleh
Stephen Corey tahun 1953 dan John Elliot tahun 1976. PTK merupakan salah satu
kegiatan ilmiah yang disarankan untuk dilakukan guru. Dengan PTK berarti
terdapat tindakan nyata dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
profesionalitas guru.
Walaupun
begitu strategis, konsep dan fungsi PTK dalam peningkatan profesionalitas guru,
namun ternyata banyak permasalahan yang penulis dapatkan saat bertugas dalam
fasilitasi mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kepada guru dan juga
pengawas dan kepala sekolah. Apa yang kemudian dapat disimpulkan antara lain
bahwa diperlukan suatu prosedur yang cukup praktis bagi guru dan pendidik untuk
dapat melakukan PTK. Walaupun demikian, kita tidak dapat melakukan hal secara
praktis dengan meninggalkan teori, begitu pula kita tidak dapat melakukan hal
berdasarkan teori belaka tanpa mengetahui pada tataran teknis pelaksanaannya.
Oleh karena itu, walaupun akan disampaikan sepraktis mungkin, namun diusahakan
masih dalam koridor teori mengenai penelitian
tindakan.
Dalam
artikel kali ini, penulis mencoba menguraikan langkah-langkah yang diperlukan
untuk menetapkan dan merumuskan masalah PTK. Perumusan masalah merupakan bagian
yang paling penting dalam PTK, mengingat hal ini merupakan hal mendasar bagi
pelaksanaan sebuah PTK. Di bawah ini langkah-langkah dalam menetapkan sebuah
masalah PTK hingga merumuskan masalah yang akan dipecahkan dengan PTK.
A. Bagaimana menetapkan masalah PTK?
Identifikasi dan kumpulkan semua permasalahan yang terjadi pada pembelajaran yang biasa dilakukan.
o Prinsip 1: permasalahan harus dialami sendiri oleh guru dan siswa yang bersangkutan, bukan pihak lain (misalnya guru lain, kelas lain, atau sekolah lain).
o Prinsip 2: permasalahan harus terkait dengan materi pelajaran yang diajarkan guru, bukan topik di luar mata pelajaran.
o Petunjuk 1: masalah yang dipilih tidak terlalu sederhana, tapi juga tidak terlalu rumit.
o Petunjuk 2: masalah yang memungkinkan dilakukan siklus (untuk mengulangi tindakan solusi).
o Catatan : Bisa terjadi bahwa suatu hal bagi guru yang satu merupakan masalah, namun bagi guru yang lain bukan merupakan masalah. Namun, setiap guru pasti memiliki masalah. Analoginya, setiap orang pasti memiliki masalah kesehatan, seberapa pun kecilnya. Mungkin bagi seseorang masalah kesehatan paling besar adalah menurunkan berat badan, kulit kurang cerah, atau susah tidur, dan mungkin bagi orang lain masalah kesehatannya adalah penyakit yang lebih besar semisal demam, patah tulang, atau penyakit jantung.
Tetapkan tingkat kegentingan (emergency) dan kepentingan (urgency) dari setiap masalah
o Prinsip 1: masalah dianggap genting bila masalah tsb dapat mengakibatkan masalah lain yang lebih besar jika tidak segera dipecahkan.
o Prinsip 2: masalah dianggap penting bila masalah itu langsung berhubungan dengan kemajuan belajar siswa (baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya)
o Petunjuk 1: buat skala prioritas berdasarkan kemampuan (guru), waktu, biaya, dan sarana yang harus tersedia.
Pilih yang paling genting dan paling penting untuk dipecahkan.
o Catatan
: bisa terjadi masalah yang paling penting dan genting bagi guru yang satu,
bukan menjadi masalah yang paling genting dan penting bagi guru yang lain.
Jadi, dalam memilih masalah, jangan berdasarkan pada orang lain, namun harus
didasarkan pada guru bersangkutan.
B. Bagaimana memilih tindakan untuk memecahkan masalah tsb?
Selidiki mengapa masalah tersebut dapat terjadi? Apa saja hal-hal yang mungkin menyebabkan masalah tersebut terjadi?
o Catatan : analog seperti masalah kesehatan, bahwa kita perlu mendiagnosa apa yang mungkin menjadi penyebab penyakit tersebut. Demikian pula dengan masalah pada PTK. Dengan mengetahui hal-hal yang terkait dengan masalah tersebut, maka pemilihan tindakan dapat lebih rasional dan akurat.
Pelajari berbagai macam tindakan dalam pembelajaran, kelebihan dan kekurangannya. Kumpulkan pula hasil penelitian yang mendukung tindakan tsb.
o Petunjuk
: tindakan dapat berupa metode atau teknik pembelajaran (misalnya metode
eksperimen tipe A, metode diskusi kelompok tipe B), cara interaksi belajar
mengajar (misalnya bertanya secara kelompok, bertanya dengan teman, bertanya
dengan tulisan, menjawab dengan kertas) atau cara mengelola kelas termasuk
sarana dan prasarana (misalnya susunan kursi melingkar, belajar di taman,
penggunaan teknologi).
Pilih salah satu
tindakan yang paling memungkinkan dapat memecahkan masalah PTK.
o Prinsip
: tindakan yang dipilih harus rasional dan aplikabel (dapat diterapkan)
o Catatan
: seperti memilih obat untuk
menyembuhkan penyakit, maka kita harus selektif dan tepat dalam
memilih obat. Jadi, jangan sampai tindakan yang kita pilih tidak sesuai dengan masalah.
o
Petunjuk : langkah-langkah tindakan
menggambarkan apa yang dilakukan guru, apa yang dilakukan siswa, dan sarana
atau prasarana apa yang harus dipersiapkan.
o Catatan
: jika tindakan tidak dijabarkan secara teknis, maka akan sulit untuk mengidentifikasi apa yang harus
diperbaiki bila dalam sekali ujicoba (siklus) belum diperoleh hasil yang
diharapkan.
C. Bagaimana merumuskan masalah PTK?
- Nyatakan rumusan masalah dengan kalimat tanya.
- Nyatakan rumusan
masalah lebih dari satu, minimal terdapat satu masalah untuk menjawab hasil
(dengan ciri pertanyaan: Apakah ….), dan satu masalah untuk menjawab proses
(dengan ciri pertanyaan: Bagaimana …. )
Contoh.
- Apakah
metode pembelajaran koorperatif tipe ABC dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika pada siswa kelas VII SMP Mulia Kecamatan Cerdas Kabupaten
Unggul?
- Bagaimana
(penerapan) metode pembelajaran koorperatif tipe ABC (yang) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VII SMP Mulia Kecamatan
Cerdas Kabupaten Unggul?
o Prinsip
: dengan telah dirumuskannya masalah PTK, maka kegiatan penelitian difokuskan
untuk mencari jawab terhadap masalah tersebut dengan melakukan aksi (tindakan)
yang ada. Walaupun demikian, harus juga dijaga dan direkam agar perlakuan
tindakan tersebut tidak menimbulkan
masalah baru.
o Petunjuk
: Walaupun bukan suatu keharusan, namun dengan melaporkan komponen-komponen
penting lainnya dalam hasil penelitian, akan
turut mendukung bahwa PTK yang dilakukan selain berhasil menuntaskan masalah
juga tidak menimbulkan masalah baru. Komponen lain yang perlu diawasi dan
(mungkin) dilaporkan, antara lain: prestasi belajar, motivasi belajar, dan disiplin
belajar. Oleh karena bukan fokus PTK, maka komponen-komponen lain ini
dikumpulkan datanya menggunakan instrumen yang sederhana namun fokus.
Demikian
langkah-langkah dalam menetapkan masalah hingga merumuskan masalah PTK. Semoga
tulisan di atas dapat membantu para pendidik, utamanya guru, agar dapat
menyusun sebuah proposal PTK yang berkualitas. Tentu, masih ada komponen lain
yang harus dikaji dan disusun dalam PTK. Untuk artikel mendatang, akan
diuraikan kelanjutan langkah yang diperlukan tersebut.
SUMBER REFERENSI
Sumardyono. 2003. Penelitian
Tindakan. Naskah Modul Diklat Berjenjang. Jakarta: Dirjen PMPTK.
0 comments:
Post a Comment