Rencana penelitian dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
(ptk) Dalam tahap PTK, langkah merencanakan merupakan langkah pertama. Tanpa
rencana, kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut
dengan “ngawur”. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan.
Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan dari rencana yang kita
buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah
terjadi kenyataan. Dalam bab ini, kita akan mengkaji dua tahap, yaitu tahap
merencanakan dan melakukan tindakan dengan 4 langkah utama yaitu:
Mengidentifikasi masalah Menganalisis dan merumuskan masalah Merencanakan PTK
Melaksanakan PTK Keempat langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya
langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua
dilaksanakan, demikian seterusnya. Langkah pertama dan kedua merupakan bagian
awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah yang ketiga merupakan prasyarat
untuk langkah yang keempat.
TAHAP PERENCANAAN
Merasakan Adanya Masalah
Hal yang sangat diperlukan agar guru dapat menerapkan PTK
sebagai upaya memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara
lebih profesional, guru dituntut untuk berani mengatakan secara jujur mengenai
beberapa sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran
yang dikelola. Dengan kata lain, guru harus mampu merefleksi, merenung,
berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasikan sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang untuk menemukan
kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini mungkin dilakukan
secara tanpa disadari.
Permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar
merupakan masalah-masalah yang dihayati guru dalam praktik pembelajaran, bukan
praktik yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh
kepala sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat
(bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran,
dan hasil belajar siswa.
Mengidentifikasi dan Menganalisisi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang
dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu
karateristik PTK, yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat dalam praktik,
dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa sudah
mengajar dengan baik, sesuai standar
proses, tetapi ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang jika dibiarkan
akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa kelak kemudian hari.
Misalnya ada sekelompok siswa yang secara terus menerus membuat kesalahan yang
sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara
drastis. Setelah guru menyadari masalah yang dirasakan, guru dapat
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri.
Untuk menjawab pertanyaan itu, guru perlu merenung atau melakukan refleksi
tentang apa yang terjadi di dalam kelas. Refleksi akan efektif jika guru
mempunyai pemahaman atau kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan
jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru
sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang
tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah. Jika masalah
sudah teridentifikasi, mungkin muncul pertanyaan, masalah mana yang mungkin
dipecahkan melalui PTK? Apakah semua masalah layak dipecahkan melalui PTK?
Untuk menjawab pertanyaan ini, rambu-rambu dapat dijadikan pegangan.
Bidang yang layak
dijadikan fokus PTK adalah yang:
1. melibatkan kegiatan belajar mengajar
2.
mungkin ditangani guru
3.
sangat menarik minat guru
4.
ingin diubah/diperbaiki oleh guru.
Permasalahan
yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah- masalah yang
dihayati guru dalam praktik pembelajaran, bukan praktik yang disarankan,
apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh kepala sekolah yang menjadi
mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru,
bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa
Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan
analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tanpa melakukan
analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut
refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti
pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan
pelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung dari jenis masalah yang kita
identifikasi. Masalah yang dirasakan atau pernah dialami dapat dicatat.
Kita bisa bertanya
kepada diri sendiri, misalnya:
(1) Apa yang sedang terjadi sekarang?
(2) Apakah yang sedang terjadi itu mengandung permasalahan?
(3) Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?
Pada
tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai
permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari
gagasan-gagasan awal tersebut, guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki
keadaan dengan menggunakan PTK.
Setelah identifikasi masalah dapat dilakukan, peneliti
-secara individu atau bermitra dengan guru lain- melakukan analisis terhadap
masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dengan kegiatan
tersebut akan dapat ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi.
Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan
secara cermat sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan
keberhasilan keseluruhan pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan
membawa kemanfaatan yang dapat dirasakan dan dapat dirasakan pula oleh sekolah,
keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi guru untuk meneruskan usaha di
masa- masa yang akan datang. Di samping itu, temuan-temuan yang dihasilkan
melalui PTK itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti program PTK
untuk juga mencoba melaksanakannya.
Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya perlu merumuskan
permasalahan secara lebih
jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka
peluang untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu
dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya
serta cara menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara
tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/atau hasilnya itu
direkam. Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dilakukan itu
juga memberikan arahan kepada peneliti untuk melakukan berbagai persiapan
termasuk yang berbentuk pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk
melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud.
Merencanakan Perbaikan
Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah sebagai berikut:
1) rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis
tindakan dan 2) analisis kelayakan hipotesis
tindakan.
Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai
hipotesis yang mengindikasikan dugaan mengenai perubahan atau perbaikan yang
akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan merupakan tindakan
yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan
penyelenggaraan PTK. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang
terbaik untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan
kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam
masalah yang serupa, diskusi dengan teman seprofesi atau dengan pakar, serta
refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
guru menyusun berbagai alternative tindkaan. Selanjutnya guru perlu mengkaji
setiap alternative, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan)
serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya dengan mempertimbangakan hasil kajian,
guru memilih alternative yang dianggap paling layak.
Agar dapat menyusun
hipotesis tindakan dengan tepat, lakukan kegiatan berikut ini.
(1)
Pengkajian teoretik di bidang pembelajaran/pendidikan.
(2) Pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
(3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya.
(4) Pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang
dituangkan dalam bentuk program.
(5)
Perefleksian pengalaman saudara
sebagai guru.
MELAKUKAN TINDAKAN
Persiapan Tindakan
Sebelum PTK dilaksanakan, tim perlu melakukan berbagai
persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik.
Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh itu adalah sebagai berikut:
(1) Membuat rencana pembelajaran beserta skenario pembelajaran yang
berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru di samping bentuk-bentuk kegiatan
yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah
direncanakan;
(2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas,
seperti lembar kerja siswa, gambar-gambar dan alat-alat peraga;
(3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan
hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan;
(4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keter-
laksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan
diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas
dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.
Melaksanakan tindakan
Jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario
tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dapat dilaksanakan dalam situasi
yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok
dalam siklus PTK, dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga
disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan
kegiatan refleksi.
Agar pelaksanaan dapat berlangsung dengan baik dan terarah,
guru perlu memperhatikan beberapa prinsip yang oleh Hopkins (1993) disebut
dengan kriteria PTK yang dilakukan oleh guru sebagai berikut:
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu metode penelitian
yang sedang dilakukan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Guru
tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya.
b. Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita
waktu guru,sehingga guru sampai kehabisan waktu. Esensi pelaksanaan PTK memang
harus disertai dengan observasi dan interpretasi dan pengumpul data yang paling
baik adalah guru. Guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder
atau meminta bantuan teman sejawat.
c. Metode yang diterapkan haruslah reliable atau handal, sehingga
memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
situasi kelasnya.
d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan
komitmen guru.
e. Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika
yang terkait dengan tugas-tugasnya.
f. PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya
semua personil sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK dan apa yang
ingin dicapai melalui PTK.
Dalam pelaksanaan PTK observasi dan interpretasi terhadap proses dan
hasilbelajar harus dilaksanakan secara bersamaan.
Observasi dan Interpretasi
Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau
tanpa alat bantu. Dalam PTK, yang diobservasi adalah tindakan guru menerapkan
pembelajaran yang baru beserta respon siswa dalam mengikuti pembelajaran itu.
Observasi dilakukan pada semua kegiatan yang ditunjukkan untuk mengenali, merekam,
dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik
yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingan. Kegiatan
observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti dan/atau
kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat monitoring
pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas yang
dilakukan PTK. Misalnya masalah kompetensi guru, situasi kelas, sikap dan
perilaku siswa, penyajian atau pembahasan materi, daya serap siswa terhadap
materi yang diajarkan dan sebagainya.
Fungsi diadakannya observasi pada penelitian tindakan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan
tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun dapat diharapkan akan
menghasilkan perubahan kearah yang diinginkan. Yang terpenting dari kegiatan
pengamatan adalah dapat mengenali sejak dini apakah tindakan yang dilakukan
mengarah kepada terjadinya perubahan proses pembelajaran sesuai yang
diharapkan. Dapat terjadi pelaksanaan tindakan tidak menghasilkan perubahan
apapun atau kearah yang tidak diinginkan, misalkan penyebabnya, dan menentukan
langkah perbaikan berikutnya. Pelaksanaan pengamatan yang terpenting adalah
mencari data tentang pelaksanaan dari rancangan tindakan, karena itu peneliti
harus cermat menentukan metode, teknik dan mempersiapkan alat yang tepat agar
data yang diperoleh benar- benar sahih (valid) dan dapat diandalkan (reliabel).
Hal ini berarti perlu diusahakan agar
kegiatan observasi tidak terlalu mengganggu malahan membebani guru dalam
melaksanakan tugas pokoknya
sebagai pengelola proses pembelajaran di kelasnya.
2) Data yang terkumpul saat observasi secepatnya dianalisis dan
diinterpretasi, sehingga akan segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan
telah mencapai tujuan. Interpretasi atau pemaknaan hasil observasi ini menjadi
dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah berikutnya dalam
pelaksanaan tindakan.Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar
interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat
data yang dikehendaki observasi harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi.
Pengumpulan dan Analisis
Data
Seperti telah diuraikan di atas, pelaksanaan tindakan
disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi terhadap
data tentang proses yaitu tindakan guru dan respon siswa serta hasil tindakan,
yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa,
dan interaksi antara guru dan siswa, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan
tindakan dan obserevasi/ interpretasi berlangsung simultan. Artinya data yang
diperoleh dengan pengamatan tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar
direkam. Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada
hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual tanpa memerlukan
interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa
perlu memberi makna kepada hasil rekamannya.
Pengumpulan data dilakukan oleh guru sebagai peneliti
selama proses pelaksanaan tindakan. Pengumpulan data dapat dilakukan selain
dengan teknik observasi, perlu juga dengan teknik wawancara, catatan harian,
angket dan sebagainya.
Wawancara dapat dilakukan misalnya untuk mengungkap
pendapat siswa tentang pemebelajaran. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi
anatara guru dan siswa,
pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara pengamat
dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan/refleksi.
Agar wawancara dapat berlangsung efektif, suasana yang
kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa
dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa tugas, hasil latihan,
atau ulangan dapat dimanfaatkan sebadai data yang dapat memberi informasi
tentang kualitas perbaikan.
Catatan harian/jurnal kegiatan guru yang sering disebut field note, dibuat oleh guru segera
setelah pembelajaran selesai. Guru dapat mencatat peristiwa- peristiwa penting
dalam pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang dianggap istimewa, reaksi
guru yang menimbulkan berbagai resppons dari siswa yang dianggap istimewa, atau
kesalahan yang dibuat oleh siswa karena guru membuat kekeliruan. Catatan ini
akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan
refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, catatan
harian guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai guru.
Agar data yang diperoleh dari berbagai alat/teknik tersebut
bermakna sebagai dasar untuk mengambil keutusan, data tersebut harus dianalisis
atau diberi makna. Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan
interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Jika interpretasi dilakukan
pada setiap saatobservasi dan pada pertemuan atau diskusi balikan/refleksi,
maka analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan (siklus) telah
diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika perbaikan ini direncanakan
untuk empat kali pemberlajaran, maka analisis data dilakukan setelah keempat
pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran
akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan
pada akhir paket perbaikan (siklus) diadakan analisis data secara keseluruhan
untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang
dirancang guru. Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan
menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan
data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna.
Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi
adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang
terkait dengan suatu PTK yang dilakukan. Karena itu refleksi dalam PTK
dilakukan: 1) pada saat memikirkan tindakan apa yang akan dilakukan, 2) ketika
tindakan sedang dilakukan, dan 3) setelah tindakan itu dilakukan. Kegiatan
refleksi tidak hanya terfokus
pada diri guru sendiri, akan tetapi mencakup seluruh konteks pembelajaran yang
dilakukannya bahkan termasuk siswa dan lingkungannya.
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi
dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Guru merenungkan
secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu
terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi
yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang
dikehendaki. Secara teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis dan
sintesis, di samping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi jika
objek kajian diuraikan menjadi bagian- bagian, serta dicermati unsur-unsurnya.
Sementara itu, suatu proses sintetik terjadi apabila berbagai unsur objek kajian
yang telah diuraikan tersebut dapat ditemukan kesamaan esensinya secara
konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu kesatuan.
Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah
melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Aspek
penting lainnya dari kegiatan refleksi adalah terjadinya peningkatan dalam
profesionalisasi jabatan guru. Karena salah satu indikasi guru yang
professional adalah adanya keinginan untuk perubahan demi perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan dan pelayanan yang diberikan pun secara
berkelanjutan. Untuk keperluan ini guru dituntut untuk berani melakukan
evaluasi diri secara terus menerus dan terancana, sehingga upaya perbaikan
pembelajaran dapat terus berlanjut.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tersebut, guru
melakukan refleksi terhadap proses dan hasil tersebut yang akan menjadi dasar
bagi perencanaan berikutnya, tindakan tambahan yang perlu dilakukan, dan
sebagainya melalui siklus kegiatan pengajaran berikutnya. Dalam kegiatan refleksi
ini biasanya guru melibatkan peserta didik dalam bentuk diskusi. Berdasarkan
berbagai balikan tersebut yang diperoleh saat diskusi, maka guru
menimbang-nimbang pengalaman yang diperoleh, mana yang termasuk dipakai dan
mana yang masih perlu ditambahkan pada pengajaran berikutnya. Apabila
dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen
sebagai berikut.
Gambar Proses Refleksi dalam Penelitian
Jika
hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan sampai dengan
akhir siklus, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki
tindakan perbaikan dengan metode tetap sama dengan sebelumnya, atau, dengan
menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang
ada.
Perencanaan Tindak Lanjut
Pada tahap refleksi dananalisis data, hasil atau kesimpulan
yang didapat pada analisis data setelah melakukan refleksi digunakan untuk
membuat rencana tidak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil
menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan
refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila
perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjadi maka akan terdapat siklus 2 PTK
yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisa data
dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2, tindakan
perbaikan masih belum berhasil menjawab masalah, dengan perkataan lain
perbaikan belum terjadi sesuai dengan yang ditargetkan. Siklus PTK akan
berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu
siklus PTK dapat terjadi pada minimal 3 pertemuan. Lebih- lebih untuk tujuan
perbaikan yang membutuhkan waktu cukup lama, seperti meningkatkan kemampuan
menulis, maka satu siklus PTK dapat terdiri dari beberapa pertemuan.
PENYUSUNAN
LAPORAN PENELITIAN
Laporan PTK pada umumnya terdiri dari 5 bab, bab 1, bab 2
dan bab 3 dikembangkan dari proposal yang telah disahkan Kepala Sekolah. Dalam
penulisan bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, peneliti terlebih dulu
menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang
dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi
awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan
tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan,
hasil observasi kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil
observasi kegiatan siswa. Paparan data itu kemudian diringkas dalam bentuk
temuan penelitian yang berisi pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang
disarikan dari paparan data.
Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan
refleksi hasil tindakan siklus 1 yang dijadikan dasar untuk merencanakan
tindakan untuk siklus ke 2. Di sini dapat dibandingkan hasil siklus 1 dengan
indikator keberhasilan tindakan siklus 1 yang
telah ditetapkan berdasarkan refleksi awal.Paparan data siklus dua juga lengkap
mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan paparan data
dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi dasar refleksi
tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan untuk siklus ke 3 (jika ada). Peneliti dapat membandingkan hasil
siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1. Jadi prosedur
analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif
kualitatif dengan meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.
Penulisan dilanjutkan dengan melakukan pembahasan hasil yang dicapai dengan
PTK. Bab 5 Penutup, memaparkan kesimpulan dan
saran.
PENUTUP
PTK merupakan salah satu sarana belajar sepanjang hayat
yang penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru dalam mengembangkan
keprofesionalan- nya.Dalam implementasi PTK terdapat beberapa langkah
penelitian yang harus dilalui oleh peneliti; langkah merencanakan merupakan
langkah pertama. Tanpa rencana, kegiatan penelitian yang akan kita lakukan
tidak akan terarah. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan.
Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua. Tanpa tindakan, rencana hanya
merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan.
Dalam implementasi PTK tahap merencanakan dan
melakukan tindakan terdiri dari langkah utama yaitu: mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan merumuskan masalah, merencanakan tindakan kelas, melaksanakan
tindakan kelas (membuat perencanaan, melaksanakan, observasi, analisis dan
refleksi), mengumpulkan data dan menganalisis data dan hasil beserta
tindak-lanjutnya. Pada akhirnya adalah menulis laporan.
Langkah-langkah implementasi ini merupakan langkah yang
berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum
langkah kedua dilaksanakan, demikian seterusnya.
SUMBER REFERENSI
0 comments:
Post a Comment