Kedudukan Observasi dalam Tahapan PTK
Salah satu tahap dalam kegiatan PTK adalah observasi.
Observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Pada tahap ini guru
maupun tim peneliti bisa secara langsung melakukan observasi untuk mendapatkan
berbagai data yang dibutuhkan.
Macam kegiatannya seperti mengamati, merekam, dan mendokumentasikan setiap
indikator, apakah hal itu berkaitan dengan aspek proses maupun hasil. Selain
itu, fungsi observasi adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan sudah
sesuai dengan perencanaan atau belum, serta bagaimana dampak dari pelaksanaan
kegiatan apakah negatif atau positif.
Target yang diinginkan dalam PTK adalah terciptanya dampak
positif. Apabila hasil kegiatan berdampak negatif, maka harus dicari akar
permasalahannya. Apakah hal itu disebabkan oleh faktor dari luar atau dari
dalam; apakah karena pelaksananya kurang mumpuni,
apakah disebabkan oleh pelaksanaan yang kurang optimal, atau karena rencana
yang kurang komprehensif.
Mengingat bahwa kegiatan PTK adalah ingin meningkatkan
interaksi belajar mengajar, proses dan hasil belajar, maka untuk bisa memenuhi
tuntutan tersebut diperlukan adanya kegiatan pengumpulan data. Proses
pengumpulan data adalah penting di dalam PTK, agar peneliti bisa menyatakan dan
menjustifikasi apakah kegiatan penelitian sudah berhasil atau belum. Untuk itu,
harus berpedoman pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada tahap
perencanaan.
Ada beberapa metode dan teknik yang bisa dipakai dalam
proses pengumpulan data, seperti observasi, self
report, domumentasi, wawancara dan tes. Bila memungkinkan semua metode ini
bisa dipakai, agar data yang terhimpun bisa benar- benar valid. Dalam
penelitian tindakan kelas, aktivitas ini dikenal dengan istilah triangulation approach. Untuk itu, pada
sub bagian selanjutnya akan dibahas tentang berbagai metode dan teknik
pengumpulan data.
Metode Observasi
Observasi selain sebagai salah satu tahap dalam pelaksanaan
PTK sekaligus juga berfungsi sebgai alat untuk pengumpulan data. Metode ini
sangat sesuai untuk merekam aktivitas yang bersifat proses. Misalnya kegiatan
siswa selama melakukan praktikum di laboratorium, interaksi siswa selama
kegiatan pembelajaran, atau saat mereka sedang melakukan diskusi. Dalam istilah
assessment, kegiatan observasi merupakan bagian dari informal assessment (authentic
assessment) yang bersifat langsung (direct
assessment).
Dilihat dari sudut pelaksanaannya, kegiatan observasi bisa
bersifat langsung (partiscipatif
observation) maupun tidak langsung (non-participatif
observation). Dalam observasi tidak langsung, peneliti tidak terlibat
secara langsung dalam proses pembelajaran (tidak berinteraksi langusung dengan
objek yang diteliti), namun hanya merekam segala aktivitas sesuai fokus atau
indikator yang diinginkan.
Observasi langsung dilakukan dengan adanya keterlibatan
secara langsung oleh peneliti dalam proses pembelajaran yang dilakukan bersama
guru dan siswa, atau bahkan peneliti sekaligus sebagai guru. Sebenarnya kondisi
seperti inilah yang diharapkan nanti. Artinya ke depan guru harus berfungsi
sebagai peneneliti di kelasnya sendiri (sebagai participant observer).
Dilihat dari teknik pelaksanaannya, observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terbuka,
terfokus, terstruktur, dan sistematis. Observasi terbuka biasa dikenal dengan
kegiatan observasi yang dilakukan dengan membuat catatan bebas tentang segala
aktivitas yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti. Misalnya peneliti
ingin merekam segala aktivitas yang dianggap penting selama anak sedang
melakukan kegiatan diskusi.
Observasi terfokus dilaksanakan dengan merekam segala
sesuatu yang maksud dan tujuanmya telah ditentukan atau direncanakan
sebelumnya, termasuk alat bantu yang akan digunakan. Observasi ini digunakan
untuk mengamati atau merekam baik aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun
siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk menghindari
subjektivitas observer, maka perlu dilengkapi dengan pedoman observasi yang
begitu rinci, sehingga observer tinggal merekam sasaran dengan memberikan
coding pada lembar pengamatan seseuai kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Observasi terstruktur dilaksanakan dengan dibuatnya suatu
lembar atau pedoman observasi yang berisi indikator-indikator yang mungkin
muncul. Dalam hal ini observer tinggal memberi tanda ceklist pada gejala yang
muncul selama proses pengamatan. Observasi model ini untuk menghindarkan
subjektivitas dari pengamat. Melalui pengamatan model ini akan teridentifikasi
suatu pola atau kecenderungan interaktif baik antara siswa dengan siswa atau antara
siswa dengan guru.
Observasi sistematis berupa suatu pedoman yang bersifat
standart atau baku, sehingga mampu mendapatkan data kuantitatif dalam jumlah
dan kualitas yang memadai. Namun kelemahan observasi seperti ini dianggap
kurang informatif.
Self Report
Self report dapat berbentuk angket atau kuesioner yang
diberikan kepada para peserta didik untuk mengungkap tentang wawasan, pandangan
atau aspek kepribadian, yang jawabannya dapat diberikan secara tertulis.
Keuntungan menggunakan metode angket, yaitu bisa digunakan untuk kelas yang
besar, dan membutuhkan waktu yang relatif singkat.
Dilihat dari cara menjawabnya, angket dapat dibedakan
menjadi angket terbuka dan tertutup. Angket terbuka bila pihak yang ingin
mengisi diberikan kesempatan untuk menjawab sesuai perasaan dan pengalaman
mereka. Sedangkan pada angket tertutup, pihak penjawab tidak diberi kebebasan
untuk menjawab pertanyaan sesuai pengalaman dan perasaan mereka. Sebab pada
kuesioner jenis ini sudah diberikan alternatif jawaban mulai dari kategori sangat
senang sampai pada kategori tidak senang, atau dari setuju hingga tidak
setuju.
Metode Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
yang mendalam tentang persepsi, pandangan, wawasan, atau aspek kepribadian para
peserta didik yang diberikan secara lesan dan spontan. Kegiatan wawancara agar
lebih terarah, biasanya dilengkapi dengan pembuatan pedoman wawancara.
Wawancara yang baik adalah yang bersifat mendalam. Artinya
dengan menginterpretasi jawaban siswa akan diperoleh banyak informasi, yang
mungkin tidak bisa ditemukan pada penggunaan metode lainnya.
Metode Tes
Metode asesmen dalam PTK dapat dibedakan menjadi tes dan
non tes. Metode tes bisa bersifat formal dan non formal. Dikatakan sebagai
metode tes formal apabila dalam suatu kali tatap muka di kelas seluruhnya
digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan tes. Tes formal ini dapat dikatakan
sebagai indirect assessment (asesmen
yang bersifat tidak langsung). Artinya bahwa asesmen tersebut dilaksanakan
secara terpisah dengan kegiatan pembelajaran, sehingga balikan baru akan
diperoleh oleh para peserta didik pada pertemuan berikutnya setelah selesainya
kegiatan tes. Tes formal bisa berbentuk tes tulis, tes lesan, dan tes kinerja. Metode tes
tulis bentuk atau format instrumennya bisa berupa item tes isian, item tes
uraian, pilihan benar salah, pilihan menjodohkan, dan pilihan ganda. Sedangkan
metode tes kinerja instrumennya bisa berbentuk item paper/pen tes, item tes
identifikasi, item tes simulasi, dan item uji petik kerja.
Tes nonformal adalah tes yang dilaksanakan secara
terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Tes nonformal ini
dapat dikatakan pula sebagai tes langsung (tergolong ke dalam direct assessment). Dikatakan sebagai direct assessment karena tes
dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Pada saat itulah pendidik
bisa melakukan asesmen, yang secara langsung pendidik bisa memberikan feedback
secara langsung yang tidak harus ditunda-tunfa pelaksanaannya.
Kedua metode metode tes di atas lebih bersifat kuantitatif,
yang interpretasinya mengarah pada benar dan salah. Berbeda dengan metode non
tes, yang lebih bersifat kualitatif, sehingga interpretasinya mengarah pada
aspek psikologis dan aspek lainnya (sangaat setuju hingga sangat tidak setuju,
sangat senang hingga sangat tidak senang).
Kesimpulan
Setelah mempertimbangkan kajian di atas, maka dapat
ditegaskan bila PTK merupakan model
penelitian yang bersifat praktis yang dapat meningkatkan pengetahuan dan understanding para guru/dosen. Secara
umum PTK dapat meningkatkan prestasi para peserta didik, membantu upaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalan kegiatan pembelajaran; dapat
meningkatkan inovasi di bidang pendidikan; dan dapat membantu menumbuhkan
keberanian guru dalam mengembangkan kurikulum.
Adapun manfaat utama
kegiatan PTK adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Kegiatan
PTK dilakukan dalam siklus-siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat
tahap. Tahap-tahap tersebut dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan tahap refleksi. Pada tahap observasi inilah sebenarnya kita bisa
menjustifikasi apakah pembelajaran yang kita lakukan telah mencapai target atau
belum. Untuk melengkapi kegiatan observasi tersebut diperlukan berbagai metode
dan alat pengumpul data, seperti lembar observasi, wawancara, self report, dan
instrumen tes.
Agar pelaksanaan PTK secara benar bisa dipahami oleh para
guru, maka perlu dilakukan sosialisasi secara berkelanjutan. Aktivitas
pelaksanaannya bisa melalui seminar, workshop, pelatihan-pelatihan, maupun
mengajak para guru/dosen yang belum berpengalaman untuk ikut aktif
(berkolaborasi) dalam kegiatan PTK.
SUMBER REFERENSI
0 comments:
Post a Comment