PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGANTAR
Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran merupakan salah satu tuntutan kompetensi
guru, oleh karena itu siapapun guru dan calon guru dituntut mampu melakukan
penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan mereka. Tulisan ini
sengaja dirancang guna membekali para guru dan mahasiswa calon guru untuk
pegangan pelaksanaan tugas pewujudan kinerjanya sekaligus pedoman bagi calon
penulis jurnal ini. Hal ini penting mengingat berdasarkan pengalaman penulis
mendampingi guru baik yang sudah bersertifikat pendidik profesional maupun yang
belum, kesulitan utama mereka dalam PTK adalah bagaimana menyusun proposal, dan
bagaimana menulis
laporan
PTK setelah mulai mengadakan serangkaian tindakan. Bagian pertama sajian ini
tentang Penyusunan Proposal PTK berisi tentang: isi proposal, bagian pokok dan
bagian akhir dari proposal PTK. Bagian kedua Penyusunan Laporan Hasil PTK
menguraikan tentang bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir laporan hasil
PTK (yang akan terbit pada edisi mendatang).
Penyusunan usulan/proposal penelitian merupakan langkah
awal penulisan penelitian. Penyusunan proposal mencakup beberapa langkah yaitu
1) pengajuan usulan judul, 2) persetujuan judul, 3) pembimbingan (jika perlu),
4) revisi dan 5) pengesahan proposal yang telah disetujui.
PTK merupakan kegiatan nyata, untuk meningkatkan mutu PBM;
merupakan tindakan oleh guru kepada siswa yang harus berbeda dari kegiatan biasanya.
PTK terjadi dalam siklus berkesinambungan; minimum dua siklus. Judul memuat
gambaran upaya yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran sesuai hasil
analisis karakteristik siswa dalam pembelajaran sebelumnya, tindakan yang
diambil untuk merealisasikan upaya perbaikan pembelajaran, dan setting
penelitian. Judul sebaiknya tidak lebih dari 15 kata/frasa.
ISI PROPOSAL
Dalam penyusunan usulan penelitian/proposal penelitian
perlu dilakukan beberapa kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan
menemukan masalah dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara
pemecahan masalah dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3)
memilih dan merumuskan masalah baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai
dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK
sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif,
konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6)
menyusun siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat
memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara
mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring
data, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data.
Hasil kegiatan di atas dituangkan dalam kerangka proposal
yang terdiri dari 3 bagian yang ditulis tidak lebih dari 15 halaman (khusus
untuk bagian pokok). Tiga bagian itu adalah (1) bagian awal (halaman sampul,
halaman persetujuan, Kata Pengantar dan daftar isi), (2) bagian pokok
(Pendahuluan: latar belakang, rumusan masalah dan pemecahannya, tujuan dan
manfaat penelitian; Kajian pustaka: kajian teori, kajian hasil penelitian yang
relevan, kerangka pikir dan hipotesis, Rencana Penelitian: seting dan subyek
penelitian, prosedur PTK, pengumpulan dan analisis data) dan (3) bagian akhir.
Bagian pokok propsal terdiri dari 3 yaitu: (1) pendahuluan:
latar belakang, rumusan masalah dan pemecahannya, tujuan dan manfaat
penelitian; (2) kajian pustaka:
kajian teori, kajian hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan
hipotesis, dan (3) rencana penelitian: setting dan subyek penelitian, prosedur
PTK, pengumpulan dan analisis data.
1) Pendahuluan
Pendahuluan proposal penelitian berisi: latar belakang
permasalahan, permasalahan penelitian, cara pemecahan masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian.
Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan diuraikan urgensi
penanganan perma- salahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus
ditunjukkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan
guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan beberapa hasil
penelitian–penelitian terdahulu (apabila ada) juga akan lebih mengokohkan
argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan
ditangani melalui PTK yang diusulkan. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari
penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini. Untuk itu
beberapa hal berikut ini perlu dimasukkan dalam latar belakang masalah.
Menuliskan kenyataan
yang ada (kondisi awal); Kondisi awal sesuai dengan
permasalahan yang diteliti; Contoh: ”Permasalahan pokok, misalnya hasil belajar
matematika bagi peserta didik kelas V rendah” diuraikan berdasarkan fakta
rendahnya itu dibuktikan dari mana, berapa rata-rata nilai ulangan harian, berapa
banyak peserta didik yang belum tuntas, ’siapa” saja yang belum tuntas, dan
sebagainya (sesuai data riel dari SD tersebut). Kemudian menetapkan masalah
pokok yaitu yang mengandung kondisi awal dari subyek yang diteliti. Selain itu
menuliskan masalah lain yaitu masalah yang mengandung kondisi awal permasalahan
yang menyelimuti guru sebagai peneliti: misalnya selama ini belum memanfaatkan
alat peraga tertentu dalam pembelajaran matematika; berdasarkan fakta bila
belum menggunakan alat peraga, menggunakan cara apa.
Menuliskan harapan
yang dituju (kondisi akhir), yaitu kondisi setelah
dilakukan penelitian. Harapan yang dituju (kondisi akhir) dapat berupa kondisi
akhir yang diteliti atau bagi subyek penelitian (peserta didik/guru/kepsek),
maupun kondisi akhir peneliti. Kondisi akhir yang diteliti (peserta didik),
misalnya meningkatnya hasil belajar matematika pada operasi hitung bilangan
pecahan. Berapa nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah
penelitian, mengapa perlu ditingkatkan. Kondisi akhir peneliti (guru), misalnya
memperbaiki proses pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan alat peraga tertentu.
Permasalahan Penelitian
Menulis masalah yaitu kesenjangan antara kenyataan dan
harapan; Kesenjangan yang dimaksud adalah 1: kesenjangan antara kondisi awal
dan kondisi akhir masalah pokok dari subyek penelitian, 2: kesenjangan antara
kondisi awal dan kondisi akhir masalah lain dari peneliti. Menulis masalah yang
dihadapi yaitu adanya kesenjangan antara harapan (kondisi akhir) dengan
kenyataan (kondisi awal): Masalah yang diteliti, nilai ulangan kenyataan
(kondisi awal)-nya masih rendah, harapan (kondisi akhir)-nya meningkat; Masalah
peneliti, kondisi awal pembelajarannya belum memanfaatkan alat peraga, harapan
(kondisi akhir)-nya menggunakan alat peraga.
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu
dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar
di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu
diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya
bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian
permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang
dilanjutkan dengan analisis masalah
serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di
tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci
dengan perumusan masalah tersebut.
Cara Pemecahan Masalah
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya
mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis
masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil
pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi
program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus
dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian
formal.
Menulis cara pemecahan masalah, perlu adanya: identifikasi
masalah, pembatasan masalah dan perlu adanya solusi. Pada saat melakukan
identifikasi masalah, guru sudah harus mengkaji berbagai literatur yang
relevan. Identifikasi Masalah pada umumnya berupa pertanyaan, banyaknya
pertanyaan selalu lebih dari satu sehingga banyaknya pertanyaan lebih banyak
dari banyaknya rumusan masalah. Penggunaan kalimat tanya dimulai dari yang
komplek (holistik) sampai yang spesifik (atomistik). Kalimat tanya tersebut
tidak harus dijawab, karena hanya sebagai identifikasi masalah; Kalimat tanya
tersebut harus mengacu/ mengandung variabel pada masalah pokok (Y).
Pembatasan Masalah diperlukan adanya pembatasan masalah
agar penelitian lebih terfokus; Langkah awal, membatasi banyaknya variabel yang
diteliti, variabel apa saja. Membatasi atau menjelaskan variabel terikat, misalnya untuk
peserta didik mana, kelas berapa, semester kapan, tahun kapan, materi apa dan
sebagainya. Membatasi atau menjelaskan variabel bebas (X), misalnya, alat
peraganya apa, apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan tindakan itu
akan dilakukan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dikembangkan dari identifikasi dan
pembatasan masalah; Umumnya berbentuk kalimat tanya. Kalimat tanya pada rumusan
masalah lebih terinci karena telah melalui identifikasi dan pembatasan masalah.
kalimat tanya yang diajukan mengacu ke variabel pada masalah pokok (Y) dan
variabel pada masalah lain yang diteliti (X). Kalimat tanya pada rumusan
masalah kelak harus terjawab setelah pelaksanaan tindakan. Kualitas penelitian
sangat dipengaruhi oleh kualitas jawaban bukan hanya banyaknya rumusan masalah.
Rumusan masalah akan dipakai sebagai
dasar untuk penentuan teori yang akan digunakan; Selain itu juga sebagai arah
dalam menentukan judul penelitian, sebagai arah dalam menentukan metode
penelitian dan sebagai arah dalam menentukan jenis penelitian.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan
sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten
dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian–bagian sebelumnya.
Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai
contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi
peserta didik dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang
baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya.
Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan
tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara
obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Di samping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan
kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik
keuntungan– keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai
pewaris langsung (direct beneficiaries)
hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan- rekan guru lainnya
serta mungkin bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks
penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak
merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak
ditolak.
2) Kajian Pustaka
Pada bagian ini berisi kajian teori, penelitian yang
relevan (bila ada), kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Uraikan dengan
jelas kajian teori dan pustaka
yang menumbuhkan gagasan yang mendasari rancangan penelitian tindakan.
Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan
tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan
untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam
penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang
menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Kajian Teori
Pada
kajian teori dipaparkan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau
metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif yang akan
diimplementasikan. Tinjauan pustaka berisi falsafah dasar, teori, dan konsep
yang sangat erat kaitannya dengan scope penelitian yang akan didilakukan.
Teori-teori yang diambil harus relevan dengan: (1) permasalahan dilihat dari
isinya, dan (2) variabel yang diteliti dilihat dari judul/sub judul yang
ditulis pada kajian teori terutama variabel tindakan (X) harus dijelaskan bukan
hanya teori tentang apa dan mengapa penting, tetapi bagaimana secara teoritis
implementasi variabel X dalam pembelajaran. Tinjauan pustaka diambil dari
teori-teori yang terbaru dan dari berbagai aliran. Untuk keperluan itu, dalam
bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang
relevan maupun pelaku–pelaku PTK lain disamping terhadap teori–teori yang lazim
termuat dalam berbagai kepustakaan.
Setelah itu dilanjutkan dengan ulasan teoritik.
Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang telah ada/dilakukan sebelumnya, relevan
dengan permasalahan dan variabel yang diteliti perlu dikaji untuk menghindari
duplikasi. Penelitian yang relevan yang perlu dikaji baik yang dilakukan oleh
peneliti sendiri maupun oleh orang lain. Kajian ini menjadi dasar ulasan
penelitian-penelitian embpiris yang berkaitan dengan teori yang digunakan
sebagai landasan. Argumentasi logis dan teoretik diperlukan bukan hanya untuk
membuat ulasan, tetapi juga untuk menyusun kerangka teori/konseptual. Dari sini
akan nampak celah atau kesempatan yang membedakan penelitian kita dan
penelitian sebelumnya/lainnya.
Kerangka Pikir
Dalam kerangka teori/pikir, peubah dicantumkan sebatas yang
diteliti dan dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan. Kerangka
teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu. Semakin banyak
sumber bacaan, semakin baik, dengan jumlah minimal 10 (sepuluh) sumber, baik
dari teks book
atau sumber lain misalnya jurnal, artikel dari majalah, Koran, internet dan
lain-lain.
Kerangka pemikiran yang berisi penjelasan teoritik
digunakan untuk mendiagnosis masalah. Dari diagnosis ini, kemudian dilanjutkan
dengan memodelkan penelitian yang kita buat. Di sini terkandung teori dasar dan
referensi penelitian terdahulu. Kerangka pemikiran bisa juga dibantu dengan
menampilkan bagan yang akan membantu mempermudah pembaca mengetahui arah
penelitian dan bagi peneliti bisa sebagai petunjuk penguraian variabel dan
indikator instrument penelitian.
Pada akhir kerangka teori penulis menyusun model teori
dengan memberi keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran
penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa
kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori
pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah
skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka
asumsi-asumsi harus dicantumkan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis diturunkan dari kerangka pemikiran. Berdasarkan
rumusan masalah penelitian, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, maka
dapat diturunkan hipotesis atau dugaan. Hipotesis berisi hipotesis tindakan,
bukan hipotesis statistik maupun hipotesis penelitian; Dengan demikian
merupakan jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka
berpikir; Selain itu hipotesis menjawab rumusan masalah yang diajukan, dan
merupakan hipotesis tindakan bukannya hipotesis penelitian.
3) Rencana Penelitian
Pada rencana penelitian ini dipaparkan: setting penelitian
dan karakteristik subjek penelitian, variabel yang akan diselidiki, rencana
tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator kinerja dan analisis data
yang akan dilakukan.
Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Pada bagian setting penelitian dan karakteristik subjek ini
disebutkan di mana penelitian tersebut akan dilakukan, di kelas berapa dan
bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta didik
pria dan wanita, latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan
permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive
permasalahan, juga dikemukakan pada bagian ini.
Variabel yang Akan Diteliti
Pada bagian variabel yang akan diselidiki ditentukan
variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input
yang terkait dengan peserta didik, guru, bahan pelajaran, sumber belajar,
prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; Namun dalam PTK,
lazimnya variabel X yaitu tindakan guru merupakan variabel (2) proses
penyelenggaraan KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya,
guru, gaya mengajar guru, cara belajar peserta didik, implementasi berbagai
metode mengajar di kelas yang inovatif, dan sebagainya, dan (3) varaibel output
(Y) seperti rasa keingintahuan peserta didik, kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi peserta didik, hasil belajar peserta
didik, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan
perbaikan dan sebagainya.
Rencana Tindakan
Pada bagian rencana tindakan ini digambarkan rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti:
(1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai
seperti penetapan entry behavior. Pelacakan
tes diagnostik untuk menspesifikasi
masalah. Pembuatan skenario pembelajaran dengan minimal 4 kali pertemuan tatap
muka (penyajian materi, penilaian hasil belajar peserta didik, analisis hasil
penilaian, dan tindak lanjut yang dapat berupa pengajaran remedial dan atau
pengayaan), pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain–lain
yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang perlu ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif–alternatif solusi yang akan
dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
(2) Implementasi Tindakan yaitu skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
(3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman/observasi dan penafsiran data
mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
(4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan
refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan
digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan
daur berikutnya.
Data dan Cara Pengumpulannya
Pada bagian data dan cara pengumpulannya ini ditunjukkan
dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik
variabel X yaitu proses tindakan guru dan respon siswa maupun dampak tindakan
perbaikan (variabel
Y) yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan
atau kekurang-berhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format
data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpulan data setiap variabel yang
diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan
partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk
berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)
penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil
belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya. Selanjutnya dalam
prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK,
para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai
sumber data.
Akhirnya semua teknik pengumpulan data yang digunakan harus
mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab
meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik,
penggunaan teknik perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada
tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid.
Validitas yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan data yang akan
dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi
instrumennya. Validitas yang digunakan, validitas teoretik maupun validitas
empirik. Untuk itu diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik.
Data kualitatif (misalnya observasi, wawancara), dapat divalidasi melalui
triangulasi: triangulasi sumber, data berasal dari beberapa sumber. Atau
triangulasi metode, data berasal dari beberapa metode.
Indikator Kinerja
Pada
bagaian Indikator kinerja ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang
akan dipakai, ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya
untuk tindak perbaikan melalui PTK; jika bertujuan mengurangi kesalahan konsep
peserta didik, misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk
pengurangan (jumlah jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang
tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan
perbaikan yang dimaksud.
Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan sesuai dengan metode dan
jenis data yang dikumpulkan. Pada PTK, data yang dikumpulkan dapat berbentuk
kuantitatif maupun kualitatif. Pada PTK tidak harus menggunakan uji statistik,
tetapi bisa saja cukup dengan deskriptif. Data kuantitatif menggunakan analisis
diskriptif komparatif yaitu membandingkan misalnya nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus
1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data kualitatif hasil pengamatan maupun
wawancara menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
Bagian Akhir
Pada bagian akhir proposal berisi daftar pustaka dan
lampiran. Daftar pustaka yang akan dipakai dalam penelitiandisusun menurut
urutan abjad pengarang; hendaknya pustaka benar–benar relevan dan
sungguh–sungguh akan dipergunakan dalam penelitian. Bagaimana menyusun dan
memanfaatkannya akan dibahas lebih lanjut pada bab IV. Pada proposal telah
digunakan minimal 5 sumber untuk setiap variabel dan untuk kaitan antar
variabel minimal 3 sumber. Semua sumber diharapkan yang terbit kurang dari 10 tahun.
Bagian lampiran dapat berisi rancangan pembelajaran (RP),
lembar observasi, panduan diskusi/refleksi, instrumen penelitian yang akan
digunakan, dan lain-lain. Hal–hal lain yang dapat memperjelas karakteristik
kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
PENUTUP
Penelitian tindakan kelas yang dimulai dengan penyusunan
proposal seperti dipaparkan di atas, sebetulnya mudah, siapapun guru lulusan S1
seharusnya tidak akan mengalami kesulitan untuk memulainya. Apa lagi sebagian
besar kegiatan PTK itu melekan dengan tugas pokok dan fungsi guru dalam
mengajar. Jika proposal seperti yang dipaparkan di atas sudah disusun, berarti
guru yang peneliti PTK itu sudah melaksanakan lebih dari 65% penelitiannya;
selebihnya (35%) tinggal pelaksanaan pengumpulan dan analisis data, pembahasan,
membuat kesimpulan dan saran yang disajikan dalam laporan penelitian (pelajari
uraiannya pada Scholaria terbitan berikut).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Aunurrachman,
dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Jakarta:
Depdiknas Dirjen PT Hatimah, I., Susilana, R., dan Nuraedi, 2008. Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas Dirjen PT
Slameto, 2008. Proposal,
Pelaksanaan dan Evaluasi Keberhasilan PTK. Seminar Nasional IKIP PGRI
Semarang 19 Juni 2008
Slameto,
2011. Penyusunan Proposal dan Hasil
Penelitian Tindakan Kelas.
Salatiga: Widya Sari Press
0 comments:
Post a Comment